Rabu, 22 September 2010

Cerita Indah itupun Telah Memasuki Episode Akhir

Aku tak pernah ingin menghakimi diriku sebagai orang bodoh. Sebab aku tau cinta memang tak pernah salah. Mungkin aku memang yang terlalu berlebihan dalam mengekspresikan apa yang aku rasa. Harus ku akui, aku memang menyimpan perasaan untuknya. Perasaan yang mungkin sering diterjemahkan orang dengan kata cinta. Sulit bagiku untuk menghapus perasaan itu begitu saja.Terlebih, cukup banyak memori indah yang telah terlanjur tertuang dalam kanvas hatiku. Harus aku akui, semenjak ada dirinya hidupku jauh lebih berwarna, ia mungkin tak pernah menyadari bahwa hadirnya adalah satu dari sekian banyak sumber inspirasiku, hingga banyak karya-karya lahir yang merupakan buah dari inspirasi yang dia selalu hadirkan untukku. Ia mungkin tak pernah menyadari hal itu, sebab aku memang bukan siapa-siapa untuknya. Aku hanyalah anak kecil kemarin sore yang belum tau apa-apa tentang dirinya.

Aku tak ingin menyalahi diriku atas perasaan yang telah mengharubiru ini, kesalahanku hanya satu, aku mengagumi sesosok manusia yang aku belum tau apa-apa tentangnya. Ia hanya manusia biasa, ia jelas tak luput dari kata salah, seperti halnya diriku. Harusnya aku sadar, mengagumi Sang Pencipta makhluk seindah dia adalah yang terbaik. Sebab Dia-lah kesempurnaan sesungguhnya. Dia yang tak akan pernah membuatku merasakan sakitnya patah hati. Dia tak akan pernah menampik tangan-tangan siapapun yang senantiasa berusaha meraih cinta-Nya.

Mengenalnya adalah satu diantara kebahagiaan yang tak pernah dapat tergantikan. Ia yang mengajariku banyak hal tentang hidup dan kehidupan. Ia yang senantiasa menguatkanku kala ku rapuh. Ia yang membuatku dapat bangkit kala ku jatuh. Bahkan, kekuatan perasaanku padanya hampir membutakanku. Sekarang aku mengerti apa makna ”LOVE IS BLIND”. Dan aku bersyukur, sebab Sang Maha Pemilik Cinta senantiasa membimbingku hingga aku tak jatuh dalam jurang cinta semu. Sekali lagi aku rasakan betapa cintanya IA terhadapku.....

06 Juli 2010

21:54

Saat Perasaan Gundang Tengah Merajai Hatiku

Sejujurnya aku bingung harus memulai tulisan ini dengan apa dan bagaimana. Namun, seperti yang dilakuakan Tiara Kemala Putri dalam ”Ketika Cinta Bertasbih” dalam suratnya yang ditujukan untuk Fadhil Muthahar, aku pun akan memulai isi dari tulisan ini dari cinta....

Jika nama Fahri untuk seorang Maria Girgis dalam ”Ayat-ayat Cinta” bagaikan embun yang memberi kesejukan di pagi hari, maka pun seperti itulah aku menganalogikan perasaanku padamu. Ya, seperti embun di pagi hari. Senantiasa memberikan kesejukan namun hanya sampai sesaat sebelum kehangatan sinar mentari menjalankan tugasnya untuk memberi kehidupan pada setiap makhluk yang ada di muka bumi-Nya.

Seperti halnya embun, perasaan itu memang sangat terasa meberikan kesejukan pada setiap pagi. Namun sekali lagi ku tegaskan kesejukan sang embun pun hilang seiring datangnya sang surya yang tak pernah lelah memancarkan sinarnya sebagai pertanda kehidupan di alam raya. Pagi mungkin akan terus berjalan walau tanpa embun, namun ia akan terasa mati jika tanpa sang surya.

Cinta, tak ada seorang pun yang mampu mendefinisikannya secara singkat, jelas, dan sederhana agar mudah difahami. Butuh pemahaman yang dalam memang untuk menterjemahkannya sehingga dapat terangkum dalam bahasa yang semua orang dapat memahaminya. Seperi halnya orang kebanyakan, aku pun tak dapat mendefinisikan cinta secara pastinya. Tetapi satu hal yang selalu menjadi pertanyaan besar dalam benakku, jika mendefinisikannya saja sulit bagaiman bisa aku mengerti akan hakikat cinta sejatinya seperti apa.

Jika perasaan yang pernah aku titipkan padamu adalah satu dari sekian banyak definisi cinta, maka seperti yang aku katakan di atas, perasaan itu layaknya embun yang menyejukkan namun dapat hilang tak berbekas seiring datangnya hangat dari sang surya yang memang sejatinya tak pernah lelah untuk memberikan kehangatan pada setiap makhluk yang bertebaran di muka bumi tak hanya pohon ataupun rerumputan.

Saat ini, kegundahan tengah merajai batinku. Hanya Dia yang mampu menguatkanku yang memang tengah rapuh. Aku sendiri sangat heran, kemana perasaan yang dulu sangat mengharu biru itu?, hilangkah ia seperti embun pagi itu? Atau mungkin jika hati ini dianalogikan seperti rumah, dimanakah aku meletakkan kuncinya? Tidakkah ada orang yang bisa membantuku untuk membukanya sekalipun orang itu adalah dirimu?.

Wahai orang yang baik hatinya, mengenal pribadimu adalah satu diantara hal terindah yang pernah ku alami dalam lembar sejarah perjalanan kehidupanku. Pernah berada didekatmu adalah bahagia yang mungkin takkan pernah tergantikan dengan apapun. Kau hadir dan memberi warna dalam kanvas kehidupanku, hingga ia menjadi teramat berwarna. Indah memang, namun tak mungkin lagi rasanya untuk mengisi kanvas itu dengan warna yang lebih beragam. Namun aku harap apa yang telah terlanjur tertuang dalam kanvas itu tetap menjadi indah walaupun ia tak dapat lagi diisi dengan keindahan warna yang kau punya. Biarlah ia tersimpan dalam etalase hatiku yang tak ada seorangpun dapat membukanya lagi, sekalipun orang itu adalah aku ataupun dirimu.

Wahai orang yang santun pribadinya, kau dan aku sejatinya tau dan faham betul bahwa segala sesuatu yang diawali dengan kebaikan akan lebih baik jika diakhiri dengan cara yang baik-baik pula. Bukan karena sang surya telah datang menggantikan posisi embun dalam pagiku, bukan pula karena kanvas itu tak lagi indah untuk dibubuhi noktah-noktah warna yang teramat indah. Sungguh, bukan karena itu aku mengakhiri ini semua.

Sekali lagi ku sampaikan bahwa sesungguhnya perasaan yang dulu sangat mengharubiru itu, memang telah pergi entah kemana. Aku tak ingin terlalu memaksakan keadaan karena aku tak ingin akan ada pihak yang merasa tersakiti atas perasaan yang tampaknya semakin jelas menjelma sebagai fatamorgana.

Wahai orang yang ku kagumi pribadinya, apa dan bagaimanapun perasaanmu terhadapku saat ini, aku harap kita akan tetap menjaga hubungan baik dalam garis ketentuan-Nya. Biarkan skenario-Nya yang akan menentukan kemana langkah kita selanjutnya, karena kita harus sama-sama yakin bahwa jalan kita telah disediakan-Nya yang semuanya akan menjadi indah pada waktunya.......

24 Juni 2010, 21:06

Detik-detik Menjelang Ulang Tahunku

Selang beberapa menit lagi, aku meninggalkan usia 20 tahun-ku dengan beragam kenangan manis, pahit, asam, bahkan asin pun ada, semua rasa tercampur dalam kemasan yang terbungkus rapi, yang siap-siap akan aku simpan dalam etalase hatiku yang mungkin aku enggan untuk membukanya lagi. Jikapun harus ku buka kembali suatu hari nanti, hanya untuk mengambil potongan-potongan gambar yang melukiskan semua itu hanya satu untuk ku jadikan pelajaran yang teramat berharga, hingga aku tak kan pernah mengalami jatuh pada lubang yang sama, dan mengalami rasa sakit yang juga sama.

Jika ku analogikan hati ini sebagai galeri lukisan, maka di usia ku yang kemarin adalah awal dari kemunculan karya-karya maestro kehidupan yang kelak akan aku sempurnakan di kemudian hari. Rasa yang telah tercipta adalah awal proses pembelajaranku menjadi gadis dewasa yang sesungguhnya.

Aku tak ingin lagi dianggap anak kecil yang tidak tau apa-apa. Aku kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang tengah meniti hidup yang sesungguhnya, dengan beragam masalah orang dewasa yang tak pernah ku bayangkan akan serumit ini sebelumnya.

Sekarang aku tau, mengapa Peter Pan tak pernah ingin tumbuh dewasa, dan Alice yang lebih senang hidup dalam dunia fantasy-nya. Kini aku mulai faham mengapa mereka lebih memilih untuk tetap hidup dalam dunia anak-anak yang selalu penuh dengan canda dan tawa.

Peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa adalah proses metamorfosa yang akan dialami oleh semua manusia. Ia adalah fase pendewasaan yang pasti akan dilalui oleh semua orang. Ibarat proses pembuatan suatu product, jika prosesnya bagus maka bagus pula product yang dihasilkan. Pun sebaliknya, jika prosesnya jelek maka jelek pula product yang akan dihasilkan. Menjadi bagus atau tidak adalah pilihan, dan itu aku yang menentukan.........

Detik demi detik melangkan perlahan namun pasti. Semakin dekat waktu ku untuk menginjak angka 21. Aku masih terjaga, membiarkan jemariku menari di atas keyboaard sekedar untuk menuangkan apa yang ingin aku utarakan, terutama untuk mem-flash back kembali kenangan-kenangan di usia 20 tahun kemarin. Saat aku senang, sedih, merasakan indahnya jatuh cinta, bahkan sampai sakitnya patah hati. Ah tidak.....!!! benarkah aku mengalami indahnya jatuh cinta dan sakitnya patah hati yang menurut orang dewasa akan terasa teramat sangat sakitnya...?????

Cinta, siapa sih yang tak pernah merasakan indahnya jatuh cinta. Seperti kalian, aku pun pernah merasakan indahnya jatuh cinta, indahnya merindu yang terkasih, mungkin benar kata Maria Girgis : ”Love is a sweet torment...”. Aku sendiri tak pernah menyadari kapan perasaan itu mulai bersemi, siapa yang menanam bibitnya, siapa yang telah memupuk itu dalam lubuk hatiku, hingga ia tumbuh dengan begitu suburnya. Aku bahkan tak menyadari indahnya taman-taman kecil yang tumbuh memagari hatiku. Ya, aku telah jatuh cinta.....

Tak ada yang istimewa dari sosoknya yang memang sangat sederhana. Aku sendiri tak tau dari sudut mana aku melihat keindahannya. Aku kenal dia sebagai sosok yang baik, pribadi yang santun, dan orang yang tutur katanya halus. Aku tak pernah meng-klaim ia sebagai orang yang tampan, sebab ia memang tidak tampan. Namun ia baik, itulah yang menjadikannya makhluk yang begitu tampan dan mampu menawan hatiku. Aku jatuh cinta pada kebaikannya yang amat sangat....

Aku sadar, perasaanku terhadapnya memang tak seharusnya tertanam dalam lubuk hatiku, apalagi sampai aku tak tau dimana letak akarnya yang ternyata telah menjalar kian kuat mengikat di dasar hatiku. Beruntungnya aku sadar, aku tak dibutakan oleh cinta. Padahal orang sering bilang : ”Love is blind...”. Sang pemilik cinta rupanya sangat mencintaiku. Cinta-Nya padaku melebihi cintaku pada makhluk lawan jenis ciptaan-Nya. Hingga Ia menyadarkanku untuk membuka mata, sebab kenyataannya aku memang belum kenal betul dengan pribadinya.....

Hahaha.... aku patah hati....!!!! padahal sebetulnya ini bukan kali pertama aku harus melupakan perasaan yang tercipta untuknya. Aku pernah melakukan hal itu sebelumnya, dan itu berhasil. Aku bisa dengan mudah melupakannya. Akan tetapi, setelah kali kedua, terlebih setelah banyak kenangan indah yang aku lukis bersamanya dalam indahnya kanvas yang telah penuh dengan warna. Sulit bagiku untuk melupakannya... tapi aku percaya aku bisa.... I CAN SURVIVE WITHOUT HIM..........

Saat Lembaran Baru Harus Ku Buka Tanpanya…

11 JUli 2010 00:05

Happy Birthday Dearest Aan…………..