Rabu, 22 September 2010

Saat Perasaan Gundang Tengah Merajai Hatiku

Sejujurnya aku bingung harus memulai tulisan ini dengan apa dan bagaimana. Namun, seperti yang dilakuakan Tiara Kemala Putri dalam ”Ketika Cinta Bertasbih” dalam suratnya yang ditujukan untuk Fadhil Muthahar, aku pun akan memulai isi dari tulisan ini dari cinta....

Jika nama Fahri untuk seorang Maria Girgis dalam ”Ayat-ayat Cinta” bagaikan embun yang memberi kesejukan di pagi hari, maka pun seperti itulah aku menganalogikan perasaanku padamu. Ya, seperti embun di pagi hari. Senantiasa memberikan kesejukan namun hanya sampai sesaat sebelum kehangatan sinar mentari menjalankan tugasnya untuk memberi kehidupan pada setiap makhluk yang ada di muka bumi-Nya.

Seperti halnya embun, perasaan itu memang sangat terasa meberikan kesejukan pada setiap pagi. Namun sekali lagi ku tegaskan kesejukan sang embun pun hilang seiring datangnya sang surya yang tak pernah lelah memancarkan sinarnya sebagai pertanda kehidupan di alam raya. Pagi mungkin akan terus berjalan walau tanpa embun, namun ia akan terasa mati jika tanpa sang surya.

Cinta, tak ada seorang pun yang mampu mendefinisikannya secara singkat, jelas, dan sederhana agar mudah difahami. Butuh pemahaman yang dalam memang untuk menterjemahkannya sehingga dapat terangkum dalam bahasa yang semua orang dapat memahaminya. Seperi halnya orang kebanyakan, aku pun tak dapat mendefinisikan cinta secara pastinya. Tetapi satu hal yang selalu menjadi pertanyaan besar dalam benakku, jika mendefinisikannya saja sulit bagaiman bisa aku mengerti akan hakikat cinta sejatinya seperti apa.

Jika perasaan yang pernah aku titipkan padamu adalah satu dari sekian banyak definisi cinta, maka seperti yang aku katakan di atas, perasaan itu layaknya embun yang menyejukkan namun dapat hilang tak berbekas seiring datangnya hangat dari sang surya yang memang sejatinya tak pernah lelah untuk memberikan kehangatan pada setiap makhluk yang bertebaran di muka bumi tak hanya pohon ataupun rerumputan.

Saat ini, kegundahan tengah merajai batinku. Hanya Dia yang mampu menguatkanku yang memang tengah rapuh. Aku sendiri sangat heran, kemana perasaan yang dulu sangat mengharu biru itu?, hilangkah ia seperti embun pagi itu? Atau mungkin jika hati ini dianalogikan seperti rumah, dimanakah aku meletakkan kuncinya? Tidakkah ada orang yang bisa membantuku untuk membukanya sekalipun orang itu adalah dirimu?.

Wahai orang yang baik hatinya, mengenal pribadimu adalah satu diantara hal terindah yang pernah ku alami dalam lembar sejarah perjalanan kehidupanku. Pernah berada didekatmu adalah bahagia yang mungkin takkan pernah tergantikan dengan apapun. Kau hadir dan memberi warna dalam kanvas kehidupanku, hingga ia menjadi teramat berwarna. Indah memang, namun tak mungkin lagi rasanya untuk mengisi kanvas itu dengan warna yang lebih beragam. Namun aku harap apa yang telah terlanjur tertuang dalam kanvas itu tetap menjadi indah walaupun ia tak dapat lagi diisi dengan keindahan warna yang kau punya. Biarlah ia tersimpan dalam etalase hatiku yang tak ada seorangpun dapat membukanya lagi, sekalipun orang itu adalah aku ataupun dirimu.

Wahai orang yang santun pribadinya, kau dan aku sejatinya tau dan faham betul bahwa segala sesuatu yang diawali dengan kebaikan akan lebih baik jika diakhiri dengan cara yang baik-baik pula. Bukan karena sang surya telah datang menggantikan posisi embun dalam pagiku, bukan pula karena kanvas itu tak lagi indah untuk dibubuhi noktah-noktah warna yang teramat indah. Sungguh, bukan karena itu aku mengakhiri ini semua.

Sekali lagi ku sampaikan bahwa sesungguhnya perasaan yang dulu sangat mengharubiru itu, memang telah pergi entah kemana. Aku tak ingin terlalu memaksakan keadaan karena aku tak ingin akan ada pihak yang merasa tersakiti atas perasaan yang tampaknya semakin jelas menjelma sebagai fatamorgana.

Wahai orang yang ku kagumi pribadinya, apa dan bagaimanapun perasaanmu terhadapku saat ini, aku harap kita akan tetap menjaga hubungan baik dalam garis ketentuan-Nya. Biarkan skenario-Nya yang akan menentukan kemana langkah kita selanjutnya, karena kita harus sama-sama yakin bahwa jalan kita telah disediakan-Nya yang semuanya akan menjadi indah pada waktunya.......

24 Juni 2010, 21:06

Tidak ada komentar: